Adsense 205x250

Friday, February 24, 2012

Best Offense VS Best Defense



Giornata 24 akan bergulir, dua calon Campione d’Italia, Milan dan Juventus akan bertempur habis-habisan guna menentukan siapa yang layak merengkuh gelar scudetto. Apakah Milan akan membalas dua kekalahannya dari Juve musim ini ataukah Juve akan terus mempertahankan trend tidak pernah kalah sepanjang musim?.  So far, Milan dengan skuadnya yang pincang imbas dari badai cedera sanggup memukau publik italia dengan konsistensi pasukan Max Allegri meraup kemenangan di 3 ajang berbeda.

Milan yang memiliki rasio 2 gol di setiap pertandingan memang patut diwaspadai  jajaran difensore Juventus. Andrea Barzagli dkk tidak perlu rendah diri menghadapi gempuran para  attacante Milan, lini belakang Juve saat ini merupakan pertahanan terbaik di serie A. Di saat tim-tim lain telah kemasukan puluhan gol hingga pekan 24, Juve baru kemasukan 14 gol.

Problem fullback kanan yang selalu menjadi titik lemah Juve di beberapa musim terakhir dapat dicover Lichsteiner. Penampilan mengejutkan  Andrea Barzagli yang bisa dikatakan sebagai transfer darurat pada musim lalu juga merupakan kunci Juve dalam meredam serangan lawan-lawannya.

Di lain pihak, Milan merupakan tim paling produktif di Serie A, Tim yang sudah merengkuh 18 gelar scudetto tersebut menyoyak jala lawan sebanyak 48 kali. 5 partai terakhir yang dilalui Milan juga tidak menunjukkan taring El Shaarawy dkk menumpul, Milan menyarangkan 11 gol dan 3 gol kemasukan dengan rincian 7 gol dalam dua partai terakhir kala Milan menghajar Arsenal dan Cesena.


A.C. Milan paling produktif di Serie A


Keran gol yang mengalir di kubu Milan sebaliknya tidak terjadi pada departemen penyerangan Juventus. Dalam 5 laga terakhir Juve hanya menyarangkan 7 gol dengan catatan 2 giornata ( melawan Parma dan Siena) skuad Turin tersebut gagal menggetarkan jala lawan.  

Fokus di 15 menit terakhir

Laga ini memang menjanjikan intrik, persaingan ketat antar lini dan tensi pertandingan yang tinggi mengingat kedua tim berupaya menambah jarak poin antara mereka. Bila Milan ingin mengamankan 3 angka di San Siro, Max Allegri dapat menginstruksikan pemainnya untuk lebih agresif pada 15 menit pertama dimana ketika Juventus berlaku sebagai tamu memiliki kecenderungan kebobolan di 20 menit pertama. Maxi Lopez dkk mungkin akan kesulitan memenuhi target tersebut, sepanjang musim Milan hanya berhasil menyarangkan 12 gol di 30 menit awal pertandingan.

Pertandingan diprediksi bakal sengit  antara menit 30-45 menit dimana kedua tim mulai menemukan ritme mereka. 20% gol Milan tercipta dalam rentang waktu tersebut, sedangkan tamunya, Juventus hanya mengemas 3 gol.

Skuad asuhan Antonio Conte memang diprediksi bakal menanggalkan formasi 4-3-3 favoritnya guna mengusung 3-5-2 yang lebih defensif, mengingat sektor tengah dan depan Milan dijubeli pemain dengan dribel yang mumpuni. Anak-anak pasukan Turin diprediksi bakal mulai menggeliat pada 30 menit terakhir menjelang peluit panjang ditiup oleh Paolo Tagliavento. Menurut data yang dirilis oleh Soccerway.com, hampir separuh gol yang dilesakkan Claudio Marchisio dkk musim ini tercipta dalam rentang menit 60-90.


Marchisio kerap memecah kebuntuan pada menit 60-90


So, 15 menit di akhir setiap babak sangat menentukan hasil laga Big Match ini. Satu yang pasti, laga ini bakal menghibur seperti biasanya kala dua tim bersua  So, Minggu dini hari bakal menjadi penentu siapakah pemenang antara The Best Offense atau The Best Defense!



Players to Watch
Stephan El Shaarawy


Date of birth     : 27 October 1992 (age 19)
Place of birth     : Savona, Italy
Playing position  : Striker
Minutes Played / Appearances : 425/13
Goals/Assits       : 2/2

Pemain depan A.C. Milan ini menunjukkan grafik permainan yang lumayan drastis. Cedera paha kiri kambuhan Pato dan absennya Cassano membuat El Sharaawy semakin mendapat jatah bermain. Kemampuan mengacak pertahanan lawan yang dimilikinya patut diwaspadai Giorgio Chiellini dkk. 



Andrea Pirlo





Date of birth      : 19 May 1979 (age 32)
Place of birth     : Flero, Lombardy, Italy
Playing position : Midfielder
Minutes Played/Appearances : 1967/22
Goals/Assists : 1/3

Andrea Pirlo menyeberang ke rival Milan, Juventus dengan nada sindiran bahwa “Ia sudah habis”. Dibawah polesan Antonio Conte, Pirlo menampilkan penampilan yang apik. Juve yang dalam beberapa musim kebelakang tidak mempunyai “komandan lapangan” bermain lebih terorganisir berkat kehadiran pemain didikan Brescia tersebut. Tak selamanya Pirlo bermain bagus di setiap pertandingan, di satu pertandingan ia bisa menunjukkan kelasnya, di satu pertandingan dia menunjukkan umurnya.   



Read More...

Thursday, February 16, 2012

Sampai Kapan, Juve?


oleh Dery Adhitya Putra

Belum terkalahkan di Serie A hingga saat ini dan masih punya tabungan dua pertandingan, Juventus makin terlihat superior musim ini. Tapi sampai kapan kira-kira keperkasaan Juventus akan bertahan?

Meski belum terkalahkan dan menjadi salah satu calon kuat juara musim ini, kondisi tim kota turin tersebut bisa dikatakan mengkhawatirkan. Si Nyonya Tua baru mencetak 33 gol di Serie A hingga saat ini. Memang Juventus masih punya tabungan dua pertandingan, tapi jika dibandingkan dengan para penghuni papan atas Seria A lainnya (posisi 1 sampai 7), Juventus terlihat tumpul.

Musim ini, dari 21 penampilan, AC Milan telah mencetak 43 gol, disusul Napoli (36 gol), Lazio (35 gol), Inter Milan (34 gol), Juventus (33 gol), lalu Roma dan Udinese (32 gol). Dari total gol yang dicetak Juventus tersebut, sebanyak 10 gol dihasilkan dari 3 pertandingan, empat gol saat melawan Parma dan masing-masing tiga gol saat melawan Napoli dan Palermo. Hal ini berarti Juventus hanya mencetak 23 gol dari 18 pertandingan lainnya.

Kondisi tersebut tampaknya bisa menjelaskan mengenai sembilan hasil imbang yang didapat Juventus hingga saat ini. Tim asuhan Antonio Conte tersebut membutuhkan seorang penyerang yang haus gol karena penyerang baru yang dibeli pada musim panas tahun lalu, Mirko Vucinic, terlihat kesulitan menemukan cara untuk membobol gawan lawan.

Performa Alesandro Matri memang sedang menanjak dan kini menjadi top skor sementara klub dengan torehan sembilan gol. Meski begitu, Matri terlihat tajam karena hanya bersaing dengan Alesandro Del Piero yang sudah mendekati akhir karir dan Fabio Quagliarella yang rajin cedera.

Masalah tumpulnya serangan Juventus harus segera diperbaiki Conte. Namun masalah yang dihadapi Conte bukan hanya itu, setidaknya masih ada tiga masalah lain, yaitu:

Kurang amunisi di lini tengah

Juventus terlihat tidak punya pelapis mumpuni untuk trio MVP (Marchisio, Vidal, Pirlo). Ditambah dengan kepergian Pazienza, trio MVP harus selalu siap menjadi andalan utama Conte pada setiap pertandingan. Sayangnya, ketergantungan tersebut tidak dibarengi dengan adanya pelapis yang mampu berperan baik menggantikan trio punggawa lini tengah tersebut apabila salah satu dari mereka berhalangan tampil. Terbukti saat Pirlo berhalangan tampil, aliran bola Juventus tampak mandek.



Juve kerap menuai hasil tidak maksimal kala MVP tidak on-fire


Winger pekerja keras

Tidak ada pelapis yang sebanding untuk pemain serba bisa macam Simone Pepe, yang bisa beroperasi pada sayap kanan dan kiri, bahkan terkadang menjadi bek kanan untuk menutup Stephan Lichsteiner yang sedang overlap. Pepe memang bukan pemain paling berbakat di Juventus, tapi pemain bernomor punggung 7 tersebut patut diacungi jempol untuk urusan kerja keras dan semangat pantang menyerah. Dengan torehan 5 gol dan 1 assist hingga saat ini, pemain yang sempat punya masalah dengan staminya tersebut menunjukkan perkembangan bagus dibandingkan musim lalu.

Memang masih ada Milos Krasic, namun kecepatan tampaknya merupakan satu-satunya keunggulan winger asal Serbia tersebut dibanding Pepe. Kurang ngotot dan hanya bisa beroperasi di sisi kanan, Krasic buka pelapis yang ideal bagi Pepe. Emanuele Giaccherini memang bagus, namun mantan pemain Siena tersebut lebih gemar menyerang dibanding ikut bertahan. Sementara itu, Eljero Elia gagal memukau Conte dan kini bernasib tidak jelas.





Juve belum menemukan solusi ampuh pengganti Pepe





Bek Tengah yang Tangguh


Andrea Barzagli  yang bisa dikatakan transfer darurat pada musim lalu secara mengejutkan tampil mengesankan, tetapi rekannya, Alesandro Bonucci, masih sering tampil mengecewakan dan tidak menunjukkan perkembangan yang signifikan dibandingkan musim lalu. Bonucci seringkali melakukan kesalahan-kesalahan fatal yang berujung gol. Seperti pada pertandingan melawan Napoli, kelalaian Bonucci berperan besar pada gol cantik Goran Pandev
.
Bek tengah terbaik Juventus saat ini, Giorgio Chiellini, harus rela dipasang sebagai bek kiri untuk menutupi kekurangan full back yang dimiliki Juventus. penampilan mengesankan Stephan Lichsteiner merupakan perkembangan besar dibandingkan saat sisi kanan pertahanan masih dikawal oleh Marco Motta pada musim lalu.

Sayangnya, lagi-lagi masalah pelapis, tidak ada pemain sepadan yang mampu menggantikan mantan pemain Lazio tersebut. Kedatangan Martin Caceres, yang mampu bermain di beberapa posisi yang berbeda di lini belakang, mungkin bisa mengatasi masalah tersebut. Namun, meski mencetak dua gol kemenangan Juventus atas AC Milan pekan lalu, Caceres masih sering keasyikan menyerang dan lupa kembali ke posisinya.



Caceres- Fullback anyar Juve, sama baiknya dengan Lichsteiner 


Disamping segala masalah tersebut, pertahanan Juventus bisa dikatakan cukup tangguh. Hanya kemasukkan 13 gol hingga saat ini merupakan rekor pertahanan terbaik di Serie A musim ini. Pujian atas tangguhnya pertahanan Juventus tampaknya bukan hanya hak para pemain bertahan. Pujian juga patut disematkan pada para pemain tengah.

Arturo Vidal berperan besar atas sulitnya para pemain lawan menembus pertahanan Juventus. Pemain asal Chili tersebut tampak tidak pernah lelah, berperan sebagai dinding pertama saat lawan menyerang, Vidal juga rajin untuk ikut turun untuk membantu pertahanan dan merebut bola. Hal yang sama juga berlaku bagi Pepe dan Marchisio, dan Pirlo.

Musim lalu, penampilan Felipe Melo sebenarnya cukup mengesankan, namun buruknya kemampuan Melo saat mengoper bola menghancurkan segalanya. Tidak jarang Melo merusak momentum karena bola yang sudah susah payah direbut dari pemain lawan, dengan baiknya ia kembalikan pada lawan akibat salah mengoper. Dibandingkan musim lalu, trio punggawa lini tengah Juventus musim ini punya kemampuan mengoper bola yang baik. Trio MVP (Marchisio, Vidal, Pirlo) tidak hanya mampu menjaga bola, tapi juga mampu mengalirkan bola ke depan untuk menciptakan peluang mencetak gol.

Jadi, demi mengejar kembali kejayaan, Conte harus memutar otak untuk mendapatkan pengganti yang sepadan untuk pemain macam Pepe, Vidal, dan Marchisio. Jangan lupakan juga masalah kurang tajamnya penyerangan. Jika Conte mampu menyiasati segala kekurangan tersebut, rekor tak terkalahkan Juventus rasanya masih bisa terus berlangsung. (DAP)




Read More...

Juventus vs Catania : Maksimalkan Jeda Kompetisi!


Buruknya cuaca yang sedang berlangsung di Italia berimbas pula pada jadwal kompetisi serie A. Beberapa laga dihentikan akibat cuaca yang kurang mendukung. Rendahnya kualitas stadion dan  tidak diterapkannya  sistem under soil heating memaksa FIGC harus mengatur ulang jadwal yang sudah ditetapkan.Kebanyakan stadion di Italia memang masih “tradisional” dan dibuat sekedar memenuhi kuota stadion dalam menggelar perhelatan Piala Dunia 1990.

Kabar buruk ini tampaknya malah menjadi Blessing in Disguise bagi kubu Juventus. Juve yang hanya mengikuti ajang Serie A dan Coppa Italia mendapat istirahat tambahan akibat pergeseran jadwal tersebut.

Jeda kompetisi yang diperoleh Juve nampaknya belum bisa dimanfaatkan betul oleh Chiellini dkk. Hal ini terlihat ketika Juve melawat ke Ennio Tardini pada giornata 21 untuk menghadapi Parma.

Juve belum menemukan kembali performa bagus yang sempat diperlihatkan pada bulan-bulan sebelumnya. Alessandro Matri dan Mirko Vucinic terlihat kesulitan dalam mengoyak jala Nicola Pavarini. Skor kacamata di Stadion Ennio Tardini membuat Juventus gagal mengambil alih gelar capolista sementara yang kini masih dipegang Milan dengan poin 47 dari 23 laga.

Teruskan Tren Positif

Belum kembalinya performa skuad Bianconeri kudu dimanfaatkan oleh sang tamu, Catania yang akan melawat ke Juventus Stadium, Sabtu (18/2). Setelah menahan imbang Roma pada giornata 19, skuad besutan Vincenzo Montella tersebut menghajar Genoa 4 gol tanpa balas. Momentum positif ini tentu ingin dipertahankan guna mengamankan posisi Catania  dari jurang degradasi.

Montella berharap tren positif Catania berlanjut.

"Tentu saja mengalahkan Juventus akan bagus bagi kami, bagi sepakbola, klasemen dan juga bagi tifosi. Pertandingan Ini akan jadi pertandingan sulit bagi Catania, tapi ini juga sulit bagi Juve," tandas pelatih Catania, Vincenzo Montella.

Catatan positif yang diraih ketika berlaku sebagai tuan rumah malah berbanding terbalik ketika Nicola Legrottaglie bertindak sebagai tamu. Skuad Gli Elefanti hanya mengantongi 1 kemenangan dalam 10 laga tandang (1-5-4).

Di kubu tuan rumah, Juventus tak boleh menganggap enteng rapor merah laga tandang yang ditorehkan Catania. Track Record ketika Juve melawan klub-klub provinsi memang tidak terlalu mulus. Klub-klub ini kerap menjegal langkah Juve dalam meraup poin penuh. Andrea Pirlo dkk sering kewalahan dalam membongkar pertahanan tim-tim yang menerapkan pressing ketat. Hal ini terlihat pada laga melawan Lecce, Siena  dan Parma. Ketiga tim tersebut memainkan strategi defensive dan melancarkan counterattack yang mematikan, dapat ditebak Juventus yang kewalahan hanya meraih 3 poin dari 3 laga tersebut.

Pemain Lapis Kedua : Alternatif Pemecah Kebuntuan

Tren negatif yang diperlihatkan Juve kala berhadapan tim provinsi membuat Conte nampaknya harus memberi kepercayaan lebih kepada para pemain lapis kedua. Andrea Barzagli, Andrea Pirlo, Giorgio Chiellini dan Stephan Lichsteiner tampak kelelahan kala tampil di setiap pertandingan. Ketiga pemain tersebut merupakan pemain dengan minute play terbanyak  Juve, Barzagli &Pirlo (1890 menit)  disusul Chiellini&Lichsteiner dengan (1800 menit). Nama-nama seperti Estigarribia, Giaccherini dan Caceres layak mendapat perhatian lebih dari Conte. Nama terakhir malah menjadi aktor kemenangan kala Juventus mengalahkan Milan di ajang Piala Italia dengan dua golnya.

Emanuelle Giaccherini dapat menjadi solusi mandeknya lini pertahanan Juventus


          Ketiga pemain tersebut kerap menjadi pemecah kebuntuan kala tim utama Juventus kewalahan dalam membongkar pertahanan lawan namun Conte nampaknya belum berani untuk mengubah skema the winning teamnya.
Laga melawan Catania merupakan sebuah perjudian bagi Conte. Apakah mantan pelatih Siena ini bakal mengambil resiko dengan memasukkan nama-nama pemain lapis kedua? Ataukah ia tetap percaya The Winning Teamnya sembari berharap catatan tandang Catania kembali berlanjut? Jawabannya bisa ditemukan pada laga yang disiarkan Live oleh Indosiar pada Minggu pukul 02.45 WIB. (DAP)


(Deny Adi Prabowo) 
Read More...

Saturday, February 11, 2012

The Rise and Fall of Superman Part II



Roma atau Juventus, Buffon?
            A.S. Roma dengan skuad brilian yang menjuarai scudetto 2000-2001 atau Juventus yang berambisi kembali ke trek juara?. Buffon yang kala itu berusia 24 tahun mengalami dillema. Dua klub tersebut sama-sama klub besar, dua klub tersebut juga menawarkan kontrak yang sama-sama menggiurkan. Buffon muda pun tidak munafik, bergabung ke dalam skuad juara racikan Fabio Cappello menjadi prioritasnya. Namun kepindahan Buffon bertepuk sebelah tangan, mantan presiden Roma Franco Sensi lebih memilih menggunakan dana belanjanya untuk mendatangkan dua bintang muda Italia lainnya, Ivan Pelizzoli dan Antonio Cassanno.

"Saya sangat dekat untuk bergabung dengan Roma ketika saya memutuskan meninggalkan Parma. Namun pada saat itu Sensi memilih membeli Pelizzoli karena ia masih muda," ujar Buffon.

Buffon hampir ke Roma sebelum bergabung ke Juventus

Melihat kesempatan emas ini, Juve langsung menawarkan proposal yang tidak bisa ditolak Parma. 32,6 Juta Pounds dirogoh Juve untuk mendatangkan portiere yang baru saja meraih penghargaan sebagai kiper terbaik dalam 25 tahun terakhir versi IFFHS (International Federation of Football History and Statistics)

Buffon membayar setiap sen yang Juve keluarkan dengan rentetan prestasi, kesetiaan dan dedikasi tinggi. Ia tidak canggung bermain dengan pemain-pemain sekaliber Paolo Montero dan Ciro Ferrara. Di musim perdananya ia langsung mempersembahkan gelar scudetto ke pangkuan Nyonya Tua. Pria  kelahiran Carrara 34 tahun silam itu dengan mudah mengisi kekosongan pos Edwin Van Der Sar yang hijrah ke Fulham.

Di musim perdananya pula, Buffon sukses mengantarkan Juventus ke All Italian final Liga Champions 2002-2003 menghadapi A.C. Milan di Old Trafford. Sayang, Juventus harus dikalahkan oleh Milan lewat adu penalti.Penampilan apik yang diperlihatkan sepanjang kompetisi membuat Buffon diganjar 2 penghargaan sekaligus yaitu penghargaan Most Valuable Player dan Best Goalkeeper. Menariknya penghargaan MVP ini jarang sekali diberikan kepada seorang kiper, biasanya penghargaan MVP sering digaet oleh posisi striker/gelandang.

Dark Ages of Superman : Calciopoli, Judi dan Cedera

Musim 2003 hingga 2005 Juventus terus menggila di Italia dan ajang kompetisi Eropa. Buffon terus bersinar bersama sederet bintang seperi Emerson, Thuram, Vieira, Cannavaro dan Ibrahimovic. Juventus bahkan sempat dinobatkan sebagai salah satu tim tertangguh di Dunia

Tapi hari-hari jaya itu tidak berlangsung lama. Buffon yang sedang menikmati masa emasnya harus dikejutkan oleh realita yang mengharuskan turunnya Juventus ke serie B terkait “skandal” pengaturan yang disinyalir diotaki oleh Luciano Moggi dan Direksi Juventus. Eksodus pun terjadi di tim besutan Allenatore Fabio Cappello tersebut. Thuram hijrah ke Barcelona, Vieira dan Ibrahimovic ke Inter, Cannavaro pergi ke Ibukota Spanyol untuk bergabung bersama Real Madrid. Buffon pun sempat diisukan mengikuti kepergian rekan-rekannya, sederet klub papan atas Eropa seperti Milan, Manchester United mencoba merayu Buffon untuk meninggalkan skuad Bianconeri.Buffon menolak, ia sudah kerasan tinggal di kota Turin, ia pun yakin Juventus hanya setahun berlaga di serie B.

Menariknya sebelum vonis turunnya Juve ke Serie B, Buffon sempat berpikir untuk hengkang ke Milan dari Juve. Buffon merasa hidupnya kurang tantangan, dan ia ingin mencari pengalaman baru.

“Ya, mungkin saya sudah bergabung dengan Milan, untuk mencari tantangan dari sebelumnya, tapi turun ke Serie B cukup menjadi tantangan dan saya merasa melakukan hal yang benar. Mungkin itu tidak sewajar yang orang kira, tapi akhirnya itu menjadi keputusan yang mudah bagi saya.”

“Jika Juventus harus turun ke Serie B maka saya harus bersama mereka. Saya tidak butuh memikirkan hal tersebut. Juventus membantu saya menjadi juara dunia, jadi saya berhutang banyak.”

Kembalinya Juve ke serie A harus memakan tumbal, Cedera yang didera Buffon ketika bertabrakan dengan Kaka di tahun 2005 kembali kambuh. Buffon pun harus absen cukup lama, dislokasi bahu dan dan cedera pangkal paha memperburuk penampilan Buffon dibawah gawang. Berbagai spekluasi pun mencuat,  jurnalis sepakbola dan pengamat sepakbola italia menyebutkan Buffon sudah kehilangan “kekuatan” superheronya .


Calciopoli, skandal Judi dan cedera berkepanjangan sempat menurunkan performa Buffon


Belum lagi masalah cedera selesai, Buffon kembali dirudung isu yang tak sedap. Buffon dan deputinya di Juventus Antonio Chimenti  beserta pemain-pemain serie A lainnya dicurigai terkait judi pengaturan skor sepakbola. Buffon kebakaran jenggot, demi membersihkan namanya, ia secara sukarela diperiksa oleh pemerintah setempat, ia mengakui sempat melakukan judi kecil-kecilan kala ia masih bersama Parma dan ketika itu belum ada peraturan yang melarang pemain melakukan judi. (Aturan pelarangan pemain untuk berjudi baru disahkan di akhir tahun 2005)  

Penalti : Batu Kriptonyte Buffon

                Buffon memang sering diidentikkan sebagai Superman karena sering melakukan penyelamatan yang dianggap mustahil. Namun setiap Superhero pasti punya sebuah kelemahan, Superman dengan batu kriptonnya, Green Lantern dengan segala hal berwarna kuning, Buffon? Penalti. Tendangan 11 meter ini merupakan momok bagi Gigi-begitu ia akrab disapa-. Lemahnya konsentrasi Buffon dalam membaca dan mengantisipasi tendangan penalti membuat catatan prestasinya sedikit cacat. Coba tengok ketika Buffon yang mengawal gawang Italia harus menghadapi drama seru di ajang Final Piala Dunia 2006 menghadapi Perancis. Chip Ball yang dilesakkan Zinedine Zidane lewat titik putih tidak bisa dihalau Buffon, Prancis pun unggul di menit 7, beruntung Marco Materazzi menyamakan lewat sundulannya di menit 16.

                Setelah 120 menit pertandingan yang berjalan alot dan diwarnai peristiwa tandukan “maut” Zidane ke Materazzi, Kedua tim harus menjalani adu penalti dalam memperebutkan titel Timnas No.1 di Dunia. Semua Publik Italia tentu cemas, mereka mengenal Buffon sebagai kiper yang jenius tapi tidak dalam hal mengantisipasi penalti.Buffon pun harus mengemban berat yang teramat berat. Silih berganti tendangan pemain Perancis dengan mudah melesak ke jala Buffon. Dari 3 tembakan 4 tembakan penalti yang dilesakkan tim Perancis, Buffon sama sekali tidak dapat mengantisipasi tendangan-tendangan eksekutor tim berjuluk ayam jantan tersebut.


Jago mengantisipasi bola dari Open Play, tidak dalam menghalau tendangan penalty


           Beruntung tembakan keras David Trezeguet membentur mistar atas gawang.dan sepakan Fabio Grosso membobol gawang Fabian Barthez, Italia pun juara. Well Every Superhero got his weakness right?
Superman, There and Then

Musim 2011-2012 menjadi ajang pembuktian Buffon bahwa ia belum habis. Cedera yang dideritanya sudah benar-benar sembuh, begitu pula kepercayaan dirinya. Tak butuh lama Buffon menemukan daya magisnya, coba tengok penyelamatan yang ia lakukan ketika menghalau sepakan keras gelandang Udinese, Pablo Armero kala kedua tim bersua Januari silam. Buffon benar-benar kembali menjadi “Superman”. Buffon memaksa kritikus dan jurnalis italia menelan ludah mereka.

Penyelamatan Buffon kala menghadapi Udinese


Ketika diwawancarai Footbal-Italia Buffon mengungkapkan kekecewaannya terhadap minimnya dukungan kala ia sedang berada pada periode buruk.

"Beberapa orang dari anda mengatakan saya sudah habis. Anda tahu saya, saya tipe orang tidak mampu berpura-pura.Dalam 6-7 bulan ini, saya mendengarkan berita yang menyakitkan. Banyak orang yang tidak menghormati karier saya," sesal Buffon.

"Sejarah jangan pernah dihapus. Saya mengatakan kepada orang dalam 50 tahun mendatang. Meski penampilan saya belakangan buruk, orang akan membicarakan Buffon. Ini berati saya sudah melakukan hal yang bagus," lanjutnya.

"Jadi, saya sangat bangga atas apa yang sudah saya raih. Anda tidak bisa bertahan selama ini disebuah klub, jika anda tidak memiliki kualitas yang bagus," tandas kiper yang pernah diincar Manchester United itu, dilansir dari Football-Italia

        Kini Buffon bersama pelatih yang juga mantan rekan timnya, Antonio Conte membawa Juventus sebagai Capolista sementara dengan rekor 21 pertandingan belum pernah kalah dan jumlah kebobolan paling sedikit. Berkat penampilannya yang brilian dikabarkan manajemen Juve ingin memperbaharui kontraknya hingga 2014.


We may have bunch of the greatest  goalkeeper that ever known in  Italian Football History such as Giampiero Combi, Dino Zoff and Angelo Peruzzi but there’s only one Gianluigi Buffon!. Viva ala grande Gianluigi Buffon!
Its a Bird!                                                                                
Its a Plane!
Its Super-Gigi!  
Deny Adi Prabowo
11-02-2012
15:02 PM
Read More...

Adsense Menu