Roma atau Juventus, Buffon?
A.S. Roma dengan skuad brilian
yang menjuarai scudetto 2000-2001 atau Juventus yang berambisi kembali ke trek
juara?. Buffon yang kala itu berusia 24 tahun mengalami dillema. Dua klub
tersebut sama-sama klub besar, dua klub tersebut juga menawarkan kontrak yang
sama-sama menggiurkan. Buffon muda pun tidak munafik, bergabung ke dalam skuad
juara racikan Fabio Cappello menjadi prioritasnya. Namun kepindahan Buffon
bertepuk sebelah tangan, mantan presiden Roma Franco Sensi lebih memilih
menggunakan dana belanjanya untuk mendatangkan dua bintang muda Italia lainnya,
Ivan Pelizzoli dan Antonio Cassanno.
"Saya
sangat dekat untuk bergabung dengan Roma ketika saya memutuskan meninggalkan
Parma. Namun pada saat itu Sensi memilih membeli Pelizzoli karena ia masih
muda," ujar Buffon.
![]() |
Buffon hampir ke Roma sebelum bergabung ke Juventus |
Melihat
kesempatan emas ini, Juve langsung menawarkan proposal yang tidak bisa ditolak
Parma. 32,6 Juta Pounds dirogoh Juve untuk mendatangkan portiere yang baru saja
meraih penghargaan sebagai kiper terbaik dalam 25 tahun terakhir versi IFFHS (International Federation of Football
History and Statistics).
Buffon
membayar setiap sen yang Juve keluarkan dengan rentetan prestasi, kesetiaan dan
dedikasi tinggi. Ia tidak canggung bermain dengan pemain-pemain sekaliber Paolo
Montero dan Ciro Ferrara. Di musim perdananya ia langsung mempersembahkan gelar
scudetto ke pangkuan Nyonya Tua. Pria kelahiran
Carrara 34 tahun silam itu dengan mudah mengisi kekosongan pos Edwin Van Der
Sar yang hijrah ke Fulham.
Di musim
perdananya pula, Buffon sukses mengantarkan Juventus ke All Italian final Liga
Champions 2002-2003 menghadapi A.C. Milan di Old Trafford. Sayang, Juventus
harus dikalahkan oleh Milan lewat adu penalti.Penampilan apik yang
diperlihatkan sepanjang kompetisi membuat Buffon diganjar 2 penghargaan
sekaligus yaitu penghargaan Most Valuable
Player dan Best Goalkeeper.
Menariknya penghargaan MVP ini jarang sekali diberikan kepada seorang kiper,
biasanya penghargaan MVP sering digaet oleh posisi striker/gelandang.
Dark Ages of Superman : Calciopoli, Judi dan Cedera
Musim 2003
hingga 2005 Juventus terus menggila di Italia dan ajang kompetisi Eropa. Buffon
terus bersinar bersama sederet bintang seperi Emerson, Thuram, Vieira, Cannavaro
dan Ibrahimovic. Juventus bahkan sempat dinobatkan sebagai salah satu tim
tertangguh di Dunia
Tapi hari-hari
jaya itu tidak berlangsung lama. Buffon yang sedang menikmati masa emasnya
harus dikejutkan oleh realita yang mengharuskan turunnya Juventus ke serie B
terkait “skandal” pengaturan yang disinyalir diotaki oleh Luciano Moggi dan
Direksi Juventus. Eksodus pun terjadi di tim besutan Allenatore Fabio Cappello
tersebut. Thuram hijrah ke Barcelona, Vieira dan Ibrahimovic ke Inter,
Cannavaro pergi ke Ibukota Spanyol untuk bergabung bersama Real Madrid. Buffon
pun sempat diisukan mengikuti kepergian rekan-rekannya, sederet klub papan atas
Eropa seperti Milan, Manchester United mencoba merayu Buffon untuk meninggalkan
skuad Bianconeri.Buffon menolak, ia sudah kerasan tinggal di kota Turin, ia pun
yakin Juventus hanya setahun berlaga di serie B.
Menariknya
sebelum vonis turunnya Juve ke Serie B, Buffon sempat berpikir untuk hengkang ke
Milan dari Juve. Buffon merasa hidupnya kurang tantangan, dan ia ingin mencari pengalaman
baru.
“Ya, mungkin saya sudah bergabung
dengan Milan, untuk mencari tantangan dari sebelumnya, tapi turun ke Serie B
cukup menjadi tantangan dan saya merasa melakukan hal yang benar. Mungkin itu
tidak sewajar yang orang kira, tapi akhirnya itu menjadi keputusan yang mudah
bagi saya.”
“Jika Juventus harus turun ke
Serie B maka saya harus bersama mereka. Saya tidak butuh memikirkan hal
tersebut. Juventus membantu saya menjadi juara dunia, jadi saya berhutang
banyak.”
Kembalinya
Juve ke serie A harus memakan tumbal, Cedera yang didera Buffon ketika bertabrakan
dengan Kaka di tahun 2005 kembali kambuh. Buffon pun harus absen cukup lama,
dislokasi bahu dan dan cedera pangkal paha memperburuk penampilan Buffon
dibawah gawang. Berbagai spekluasi pun mencuat, jurnalis sepakbola dan pengamat sepakbola
italia menyebutkan Buffon sudah kehilangan “kekuatan” superheronya .
![]() |
Calciopoli, skandal Judi dan cedera berkepanjangan sempat menurunkan performa Buffon |
Belum lagi
masalah cedera selesai, Buffon kembali dirudung isu yang tak sedap. Buffon dan
deputinya di Juventus Antonio Chimenti beserta pemain-pemain serie A lainnya dicurigai
terkait judi pengaturan skor sepakbola. Buffon kebakaran jenggot, demi membersihkan
namanya, ia secara sukarela diperiksa oleh pemerintah setempat, ia mengakui
sempat melakukan judi kecil-kecilan kala ia masih bersama Parma dan ketika itu
belum ada peraturan yang melarang pemain melakukan judi. (Aturan pelarangan
pemain untuk berjudi baru disahkan di akhir tahun 2005)
Penalti : Batu Kriptonyte Buffon
Buffon
memang sering diidentikkan sebagai Superman karena sering melakukan penyelamatan
yang dianggap mustahil. Namun setiap Superhero pasti punya sebuah kelemahan,
Superman dengan batu kriptonnya, Green Lantern dengan segala hal berwarna
kuning, Buffon? Penalti. Tendangan 11 meter ini merupakan momok bagi
Gigi-begitu ia akrab disapa-. Lemahnya konsentrasi Buffon dalam membaca dan
mengantisipasi tendangan penalti membuat catatan prestasinya sedikit cacat.
Coba tengok ketika Buffon yang mengawal gawang Italia harus menghadapi drama seru
di ajang Final Piala Dunia 2006 menghadapi Perancis. Chip Ball yang dilesakkan
Zinedine Zidane lewat titik putih tidak bisa dihalau Buffon, Prancis pun unggul
di menit 7, beruntung Marco Materazzi menyamakan lewat sundulannya di menit 16.
Setelah
120 menit pertandingan yang berjalan alot dan diwarnai peristiwa tandukan “maut”
Zidane ke Materazzi, Kedua tim harus menjalani adu penalti dalam memperebutkan
titel Timnas No.1 di Dunia. Semua Publik Italia tentu cemas, mereka mengenal
Buffon sebagai kiper yang jenius tapi tidak dalam hal mengantisipasi
penalti.Buffon pun harus mengemban berat yang teramat berat. Silih berganti
tendangan pemain Perancis dengan mudah melesak ke jala Buffon. Dari 3 tembakan
4 tembakan penalti yang dilesakkan tim Perancis, Buffon sama sekali tidak dapat
mengantisipasi tendangan-tendangan eksekutor tim berjuluk ayam jantan tersebut.
![]() |
Jago mengantisipasi bola dari Open Play, tidak dalam menghalau tendangan penalty |
Beruntung
tembakan keras David Trezeguet membentur mistar atas gawang.dan sepakan Fabio
Grosso membobol gawang Fabian Barthez, Italia pun juara. Well Every Superhero got his weakness right?
Superman, There and Then
Musim
2011-2012 menjadi ajang pembuktian Buffon bahwa ia belum habis. Cedera yang
dideritanya sudah benar-benar sembuh, begitu pula kepercayaan dirinya. Tak
butuh lama Buffon menemukan daya magisnya, coba tengok penyelamatan yang ia
lakukan ketika menghalau sepakan keras gelandang Udinese, Pablo Armero kala kedua
tim bersua Januari silam. Buffon benar-benar kembali menjadi “Superman”. Buffon
memaksa kritikus dan jurnalis italia menelan ludah mereka.
Penyelamatan Buffon kala menghadapi Udinese
Ketika
diwawancarai Footbal-Italia Buffon mengungkapkan kekecewaannya terhadap
minimnya dukungan kala ia sedang berada pada periode buruk.
"Beberapa
orang dari anda mengatakan saya sudah habis. Anda tahu saya, saya tipe orang
tidak mampu berpura-pura.Dalam 6-7 bulan ini, saya mendengarkan berita yang
menyakitkan. Banyak orang yang tidak menghormati karier saya," sesal
Buffon.
"Sejarah
jangan pernah dihapus. Saya mengatakan kepada orang dalam 50 tahun mendatang.
Meski penampilan saya belakangan buruk, orang akan membicarakan Buffon. Ini
berati saya sudah melakukan hal yang bagus," lanjutnya.
"Jadi,
saya sangat bangga atas apa yang sudah saya raih. Anda tidak bisa bertahan selama
ini disebuah klub, jika anda tidak memiliki kualitas yang bagus," tandas
kiper yang pernah diincar Manchester United itu, dilansir dari Football-Italia
Kini Buffon
bersama pelatih yang juga mantan rekan timnya, Antonio Conte membawa Juventus
sebagai Capolista sementara dengan rekor 21 pertandingan belum pernah kalah dan
jumlah kebobolan paling sedikit. Berkat penampilannya yang brilian dikabarkan
manajemen Juve ingin memperbaharui kontraknya hingga 2014.
We may have bunch of the greatest goalkeeper that ever known in Italian Football History such as Giampiero
Combi, Dino Zoff and Angelo Peruzzi but there’s only one Gianluigi Buffon!. Viva
ala grande Gianluigi Buffon!
Its a
Bird!
Its a Plane!
Its Super-Gigi!
Deny Adi
Prabowo
11-02-2012
15:02 PM
0 comments:
Post a Comment