oleh Dery Adhitya
Putra
Belum terkalahkan di
Serie A hingga saat ini dan masih punya tabungan dua pertandingan, Juventus
makin terlihat superior musim ini. Tapi sampai kapan kira-kira keperkasaan
Juventus akan bertahan?
Meski belum terkalahkan dan menjadi salah satu calon kuat juara musim
ini, kondisi tim kota turin tersebut bisa dikatakan mengkhawatirkan. Si Nyonya
Tua baru mencetak 33 gol di Serie A hingga saat ini. Memang Juventus masih
punya tabungan dua pertandingan, tapi jika dibandingkan dengan para penghuni
papan atas Seria A lainnya (posisi 1 sampai 7), Juventus terlihat tumpul.
Musim ini, dari 21 penampilan, AC Milan telah mencetak 43 gol, disusul
Napoli (36 gol), Lazio (35 gol), Inter Milan (34 gol), Juventus (33 gol), lalu
Roma dan Udinese (32 gol). Dari total gol yang dicetak Juventus tersebut,
sebanyak 10 gol dihasilkan dari 3 pertandingan, empat gol saat melawan Parma
dan masing-masing tiga gol saat melawan Napoli dan Palermo. Hal ini berarti
Juventus hanya mencetak 23 gol dari 18 pertandingan lainnya.
Kondisi tersebut tampaknya bisa menjelaskan mengenai sembilan hasil
imbang yang didapat Juventus hingga saat ini. Tim asuhan Antonio Conte tersebut
membutuhkan seorang penyerang yang haus gol karena penyerang baru yang dibeli
pada musim panas tahun lalu, Mirko Vucinic, terlihat kesulitan menemukan cara
untuk membobol gawan lawan.
Performa Alesandro Matri memang sedang menanjak dan kini menjadi top
skor sementara klub dengan torehan sembilan gol. Meski begitu, Matri terlihat
tajam karena hanya bersaing dengan Alesandro Del Piero yang sudah mendekati
akhir karir dan Fabio Quagliarella yang rajin cedera.
Masalah tumpulnya serangan Juventus harus segera diperbaiki Conte.
Namun masalah yang dihadapi Conte bukan hanya itu, setidaknya masih ada tiga
masalah lain, yaitu:
Kurang amunisi di lini
tengah
Juventus terlihat tidak punya pelapis mumpuni untuk trio MVP
(Marchisio, Vidal, Pirlo). Ditambah dengan kepergian Pazienza, trio MVP harus
selalu siap menjadi andalan utama Conte pada setiap pertandingan. Sayangnya,
ketergantungan tersebut tidak dibarengi dengan adanya pelapis yang mampu
berperan baik menggantikan trio punggawa lini tengah tersebut apabila salah
satu dari mereka berhalangan tampil. Terbukti saat Pirlo berhalangan tampil,
aliran bola Juventus tampak mandek.
Winger pekerja keras
Tidak ada pelapis yang sebanding untuk pemain serba bisa macam Simone
Pepe, yang bisa beroperasi pada sayap kanan dan kiri, bahkan terkadang menjadi
bek kanan untuk menutup Stephan Lichsteiner yang sedang overlap. Pepe memang bukan pemain paling
berbakat di Juventus, tapi pemain bernomor punggung 7 tersebut patut diacungi
jempol untuk urusan kerja keras dan semangat pantang menyerah. Dengan torehan 5
gol dan 1 assist hingga saat ini, pemain yang sempat punya
masalah dengan staminya tersebut menunjukkan perkembangan bagus dibandingkan
musim lalu.
Memang masih ada Milos Krasic, namun kecepatan tampaknya merupakan
satu-satunya keunggulan winger asal Serbia tersebut dibanding Pepe. Kurang
ngotot dan hanya bisa beroperasi di sisi kanan, Krasic buka pelapis yang ideal
bagi Pepe. Emanuele Giaccherini memang bagus, namun mantan pemain Siena
tersebut lebih gemar menyerang dibanding ikut bertahan. Sementara itu, Eljero
Elia gagal memukau Conte dan kini bernasib tidak jelas.
Bek Tengah yang
Tangguh
Andrea Barzagli yang bisa dikatakan transfer darurat
pada musim lalu secara mengejutkan tampil mengesankan, tetapi rekannya,
Alesandro Bonucci, masih sering tampil mengecewakan dan tidak menunjukkan
perkembangan yang signifikan dibandingkan musim lalu. Bonucci seringkali
melakukan kesalahan-kesalahan fatal yang berujung gol. Seperti pada
pertandingan melawan Napoli, kelalaian Bonucci berperan besar pada gol cantik
Goran Pandev
.
Bek tengah terbaik Juventus saat ini, Giorgio Chiellini, harus rela
dipasang sebagai bek kiri untuk menutupi kekurangan full back yang dimiliki Juventus. penampilan mengesankan Stephan Lichsteiner
merupakan perkembangan besar dibandingkan saat sisi kanan pertahanan masih
dikawal oleh Marco Motta pada musim lalu.
Sayangnya, lagi-lagi masalah pelapis, tidak ada pemain sepadan yang
mampu menggantikan mantan pemain Lazio tersebut. Kedatangan Martin Caceres,
yang mampu bermain di beberapa posisi yang berbeda di lini belakang, mungkin
bisa mengatasi masalah tersebut. Namun, meski mencetak dua gol kemenangan
Juventus atas AC Milan pekan lalu, Caceres masih sering keasyikan menyerang dan
lupa kembali ke posisinya.
Disamping segala masalah tersebut, pertahanan Juventus bisa dikatakan
cukup tangguh. Hanya kemasukkan 13 gol hingga saat ini merupakan rekor
pertahanan terbaik di Serie A musim ini. Pujian atas tangguhnya pertahanan
Juventus tampaknya bukan hanya hak para pemain bertahan. Pujian juga patut
disematkan pada para pemain tengah.
Arturo Vidal berperan besar atas sulitnya para pemain lawan menembus
pertahanan Juventus. Pemain asal Chili tersebut tampak tidak pernah lelah,
berperan sebagai dinding pertama saat lawan menyerang, Vidal juga rajin untuk
ikut turun untuk membantu pertahanan dan merebut bola. Hal yang sama juga
berlaku bagi Pepe dan Marchisio, dan Pirlo.
Musim lalu, penampilan Felipe Melo sebenarnya cukup mengesankan, namun
buruknya kemampuan Melo saat mengoper bola menghancurkan segalanya. Tidak
jarang Melo merusak momentum karena bola yang sudah susah payah direbut dari
pemain lawan, dengan baiknya ia kembalikan pada lawan akibat salah mengoper.
Dibandingkan musim lalu, trio punggawa lini tengah Juventus musim ini punya
kemampuan mengoper bola yang baik. Trio MVP (Marchisio, Vidal, Pirlo) tidak
hanya mampu menjaga bola, tapi juga mampu mengalirkan bola ke depan untuk
menciptakan peluang mencetak gol.
Jadi, demi mengejar kembali kejayaan, Conte harus memutar otak untuk
mendapatkan pengganti yang sepadan untuk pemain macam Pepe, Vidal, dan
Marchisio. Jangan lupakan juga masalah kurang tajamnya penyerangan. Jika Conte
mampu menyiasati segala kekurangan tersebut, rekor tak terkalahkan Juventus
rasanya masih bisa terus berlangsung. (DAP)
0 comments:
Post a Comment