Bursa transfer musim dingin baru berjalan 4 hari namun berita
mengejutkan datang dari Juventus. Di saat pengamat sepakbola menegaskan masih
banyak lini yang harus ditambal oleh Juve, Juve memilih menambah stok penyerang mereka dengan
meminjam Borriello dari A.S Roma. Borriello ditebus dengan mahar sebesar 500
ribu pounds dengan opsi pembelian 8
juta pounds bila Juve ingin
mempermanenkan Borriello.
Dalam 18 laga yang telah dijalani
Juventus. Tim yang dikomandoi Antonio Conte tersebut kerap bermasalah dalam
membongkar lini pertahanan yang sering diperagakan tim-tim papan bawah Italia.
Juventus tidak punya striker yang dapat mengubah alur pertandingan layaknya
Ibrahimovic di Milan atau Di Natale di Udinese. Akibatnya banyak poin berharga
yang hilang dari laga yang di atas kertas mudah dimenangkan oleh Juve, contoh
nyatanya kala Juve menghadapi Chievo dan Genoa, keduanya berakhir seri.
Di penghujung tahun 2011 Sport Director Juve, Giuseppe Marotta
mengisyaratkan bahwa bakal ada striker kelas dunia yang masuk ke skuad yang
bermarkas di Turin itu. Alih-alih mendatangkan striker yang memiliki kapasitas
bintang, Marotta memilih memboyong Borriello.
Kebijakan ini mengundang berbagai reaksi
keras dari beberapa kritikus dan fans. Bukti ketidaksenangan fans Juve akan
datangnya Borriello diperlihatkan pada laga Lecce vs Juventus, di tribun stadio
Via del Mare para suporter membentangkan spanduk yang bertuliskan “Borriello,
tentara tanpa bayaran dan kehormatan.”.
Allenatore
Antonio Conte pun sampai harus turun tangan guna mengklarifikasi isu ini "Borriello
selalu tertarik untuk menjadi bagian dari Juventus. Dan juga sudah dijelaskan
dari awal bahwa dia sebenarnya tidak pernah menolak bergabung," ungkap
Conte dikutip Football Italia.
"Juventus ketika itu tidak punya cukup uang untuk menggaet Borriello secara permanen dan Milan memilih mengirimnya ke Roma. Jadi dia tidak pernah menolak, hanya orang tidak waras yang menolak mengenakan kostum Juventus," pungkasnya.
Kebencian fans terhadap mantan striker A.C Milan
tersebut bukan hanya berdasar pada penolakan Borriello untuk bergabung dengan
skuad asuhan Antonio Conte pada musim panas lalu. Borriello datang dalam
kondisi yang tidak sedang on fire. Ia
gagal bersinar di Roma dan kerap dibangkucadangkan oleh Luis Enrique yang lebih
memilih striker anyar Pablo Osvaldo. Selama
paruh musim kemarin, Borrielo hanya turun dalam 7 pertandingan, bahkan hanya 2
kali ia diturunkan sebagai starter oleh Luis Enrique !.Transfer ini pun lantas langsung
ditasbihkan sebagai transfer yang tidak seharusnya dilakukan mengingat sudah
ada 7 nama yang mengisi lini depan Juve.
Boleh jadi kemarahan fans Juve akan
hal ini juga bersumber pada keirian akan rencana mega transfer A.C. Milan yang
belakangan sangat gencar mengincar Tevez. Pengorbanan Milan untuk mendapatkan servis
Tevez pun tidak main-main. Rossoneri dikabarkan rela menjual Pato ke PSG demi
mendapatkan striker berdarah Argentina tersebut. Berkaca pada hal tersebut,
para fans menilai transfer Borriello tidak sesuai dengan janji Sport Director Juve, Giuseppe Marotta
yang berujar bahwa akan ada pemain bintang di bursa musim dingin ini.
Transfer Borriello masih menyimpan misteri |
Terlepas dari faktor nonteknis
tersebut, Borriello juga datang di saat lini depan Juve sangat gemuk. Ada 7
orang yang harus berebut 1 tempat dalam skema 4-3-2-1 andalan Conte. Jumlah ini
tentu tidak ideal karena Juve “hanya” berpartisipasi dalam ajang liga dan Piala
Italia. Meskipun Amauri, Toni, dan Iaquinta hengkang pada bursa Januari,
Borriello masih harus bersaing dengan nama-nama lama seperti Del Piero,
Qualiarella, Matri dan Vucinic. Beda cerita bila manajemen gagal menjual striker
jangkung diatas, hal ini tentu berimbas dengan neraca keuangan Juve.
Namun jangan terburu-buru menilai
bahwa transfer Borriello sebagai transfer blunder. Menurut analisis saya, kedatangan
Borriello bisa dikatakan sebagai keputusan yang tepat ( dengan catatan Amauri,
Toni dan Iaquinta angkat koper dari Turin). Statistik pun berbicara, rataan gol
Borriello di tiap laga adalah 0,45 gol per laga. Rasio ini mengungguli striker
utama Alessandro Matri yang hanya mempunyai rasio gol 0,36.
Menurut pengamatan saya, Borriello
dipinjam bukan untuk diplot sebagai striker, namun lebih diposisikan sebagai kompatriot
Vucinic. Borriello sejatinya memang dapat bermain di posisi penyerang sayap
yang saat ini menjadi milik Mirko Vucinic. Posisi ini memang bukanlah posisi
baru bagi Borriello. Semenjak di Milan, Borriello harus rela digeser lebih ke
kiri guna memberi tempat kepada Pato. Begitupun di Roma, Borriello kerap
diturunkan di sayap kiri guna mengakomodir Osvaldo yang terlanjur memikat hati
Luis Enrique di posisi main striker.
Bila Borriello dapat menunjukkan
kualitas dan kemampuannya menyisir sayap kanan lawan, tentu transfer ini
terbilang cerdas. Bisa kita lihat kala Juventus bertanding tanpa Vucinic yang
mengalami cedera hamstring di awal Desember tahun lalu dan harus absen 3 pekan.
Tanpa mengesampingkan peran pemain
lain, lini depan Juventus bisa dibilang kurang greget tanpa kehadiran striker
asal Montenegro tersebut. Hal ini terlihat pada laga melawan Roma dan Udinese
yang sama-sama berakhir imbang. Di dua laga tersebut, Juve tampak kesulitan
dalam membongkar lini pertahanan lawan. Padahal dalam laga-laga krusial seperti
ini Juve tidak boleh kehilangan poin. Imbasnya Juve harus puas rela berbagi
titel Campione d’inferno bersama A.C. Milan di akhir tahun.
Peran inilah yang harus diemban
striker berusia 28 tahun tersebut di skema Conte. Borriello diharapkan Conte
dapat menggantikan posisi Vucinic kala mantan striker A.S. Roma dan Lecce
tersebut tidak dapat dimainkan, baik itu dikarenakan skorsing maupun cedera.
Mampukah Conte membangkitkan rasa
percaya diri Borriello dan menularkan lo spirito Juve kepadanya? Mengingat
Borriello juga tentu ingin mengamankan tempat di skuad timnas Italia di ajang
Piala Eropa 2012.
0 comments:
Post a Comment