oleh Dery Adhitya Putra
Ketertarikan
klub asal Perancis, Paris Saint German (PSG), terhadap penyerang muda AC Milan,
Alexander Pato, menjadi berita hangat dalam bursa transfer musim dingin kali
ini. Kucuran dana sebesar 38 juta euro yang ditawarkan PSG memang menggoda,
namun haruskah Milan melepas Pato?
Tidak
ada alasan bagi Milan untuk melego Pato. Berbeda dengan Kaka yang dulu dilego
ke Real Madrid akibat krisis finansial yang melanda Milan, saat ini kondisi
keuangan Milan bisa dikatakan aman.
Dana
penjualan Pato memang bisa digunakan Milan untuk berbelanja pemain. Tapi apakah
Milan mampu untuk mendapatkan pemain pengganti dengan kualitas seperti Pato?
Dengan umur yang masih muda, Pato masih memiliki masa depan yang cerah di
Milan. Milan tidak bisa selalu bergantung pada Zlatan Ibrahimovic yag sudah
berumur 30 tahun. Milan memang masih memiliki Inzaghi dan El Shaarawy, namun melihat
Inzaghi yang sudah uzur serta El Shaarawy yang masih minim pengalaman, kedua
pemain tersebut tidak bisa dijadikan andalan.
Dana
penjualan Pato kabarnya akan digunakan untuk menebus Balotelli atau Tevez dari
Manchester City. Kedua pemain tersebut memang berkualitas, tapi dengan perangai
buruknya, rasanya mereka hanya akan membawa masalah di Milan.
Ketertarikan
AC Milan untuk meminang Carlos Tevez atau Mario Balotelli rasanya tidak masuk
akal. Memang seandainya Pato benar-benar dilepas ke PSG, Milan memang
membutuhkan stok penyerang untuk mengisi slot yang ditinggalkannya. Tapi jika
Pato tidak pergi, kedatangan Tevez atau Balotelli hanya akan menambah sesak
barisan penyerang yang dimiliki Milan.
Perangai
buruk Tevez dan Balotelli hanya akan menambah masalah di ruang ganti Milan.
Sudah bukan rahasia lagi jika kedua pemain tersebut sering bermasalah dengan manajer
Manchester City, Roberto Mancini. Tevez bahkan sudah dibekukan dari skuad City
akibat menolak tampil pada saat City melawat ke kandang Bayern Muenchen,
Allianz Arena, pada pagelaran European
Champion League (ECL).
Dengan
absennya Antonio Cassano dalam waktu lama, Milan memang membutuhkan penyerang.
Tapi Tevez rasanya tidak pantas untuk diperjuangkan. Dibandingkan Tevez atau
Balotelli, Milan mungkin bisa mencari penyerang pelapis untuk Ibrahimovic yang
bertipe target man.
Regenerasi
Ketertarikan
Milan untuk menggaet Carlos Tavez dari manchester City bisa dikatakan tidak
perlu. Dibandingkan lini depan, Milan seharusnya fokus pada lini belakang dan
lini tengah. Kedua lini tersebut sudah waktunya mengalami regenerasi.
Coba
tengok lini belakang Milan yang masih dihuni beberapa pemain gaek seperti Alessandro Nesta (35
tahun), Gianluca Zambrotta (34 Tahun), dan Mario Yepes (35 Tahun). Musim ini, juara
Serie A musim lalu tersebut terlihat masih cukup mengandalkan para pemain tersebut.
Nesta total telah tampil sebanyak 13 kali hingga paruh musim ini-8 di Serie A
dan 5 di ECL, sementara Zambrotta dan Yepes telah masing-masing tampil sebanyak
delapan dan enam kali.
Hal
tersebut tentu tidak bisa dibiarkan, meskipun unggul dalam hal pengalaman
bermain, dengan umur yang sudah menginjak kepala tiga, tentu kekuatan fisik dan
kecepatan para pemain tua tersebut sudah menurun. Dengan situasi seperti itu,
Milan tentu saja tidak bisa terus-terusan bergantung pada pemain tua macam
Nesta dan Zambrotta.
Lini
tengah Milan menjadi sektor utama yang butuh regenerasi. Hingga paruh musim
ini, Clerence Seedorf (35 Tahun), Mark van Bommel (34 Tahun), dan Massimo
Ambrosini (34 tahun), masih menjadi pemain yang cukup diandalkan. Belum lagi
ditambah oleh Gennaro Gatusso (33 Tahun), sayang ia hampir tidak pernah
diturunkan akibat cedera yang dialami.
Hingga
paruh musim ini, van Bommel telah bermain sebanyak 12 kali di Serie A,
sementara Seedorf dan Ambrosini sudah tampil sebanyak sembilan kali. Bahkan
untuk ajang ECL, Seedorf dan van Bommel kelihatannya masih menjadi andalan
utama . Terbukti dari enam pertandingan yang dilakukan selama babak
kualifikasi, Seedorf dan van Bommel masing-masing sudah tampil sebanyak lima
dan empat kali.
Memang
para pemain gaek tersebut sering
hanya diplot sebagai pelapis. Tetapi jika melihat umur para pemain tersebut,
Milan sudah seharusnya segera melakukan regenerasi di lini tengah. Lihat
bagaimana cemerlangnya kinerja dua pemain yang ditransfer awal musim, Antonio
Nocerino dan Aquilani, di lini tengah Milan musim ini. Melihat contoh tersebut,
sudah sepatutnya regenerasi segera dilakukan. Keunggulan pengalaman bermain
rasanya tidak akan terus-terusan menang melawan permainan fisik.
Milan
seharusnya mengulangi kesuksesan transfer musim dingin musim lalu. Musim lalu,
klub yang sukses merajai Eropa sebanyak enam kali tersebut bisa dikatakan
sukses. Pemain baru seperti van Bommel dan Cassano langsung nyetel dan menjadi andalan Milan selama
paruh kedua musim lalu.
Selama
paruh kedua musim lalu, Cassano menjelma menjadi roh permainan Milan. Diturunkan
sebanyak 17 kali di Serie A, Peter Pan
berhasil mencetak empat gol dan enam assist.
Sementara van Bommel menjadi langganan di lini tengah Milan dengan total
penampilan sebanyak 14 kali.
Melihat
kondisi lini belakang dan tengah, sudah sepatutnya jika Milan segera melakukan
regenerasi. Milan tidak boleh berpikiran jika para pemain tua tersebut akan
menjadi seperti Paolo Maldini yang terus bermain hingga umur 41 tahun. Jika
situasi seperti ini terus berlanjut, klub yang sudah menjuarai Serie A sebanyak
19 kali tersebut rasanya akan susah untuk terus bersaing dengan para rivalnya.
0 comments:
Post a Comment