Adsense 205x250

Saturday, September 17, 2011

Turunnya Pamor Tower Men di Sepakbola Eropa.


Dewasa ini, kita dengan mudah menemukan tipe striker modern yang bertipe pelari cepat, pembuka ruang bagi teammate. Umpan-umpan sang striker modern pun dituntut untuk setidaknya tidak jelek-jelek amat. Sergio Aguero di Manchester City, Ashley Young di Manchester United atau Robin Van Persie di Arsenal merupakan contoh ideal striker modern. Mereka mempunyai skill dan teknik pengobrak-abrik pertahanan lawan, tendangan yang keras dan umpan yang lumayan terukur.

Sepakbola eropa memang sudah berevolusi, Strategi ala catenaccio Italia dianggap sudah ketinggalan zaman. Pelatih dituntut untuk mengandalkan striker-striker berpace cepat,stamina badak dan all round player. Melihat realitas tersebut lalu timbullah pertanyaan dalam benak kita.
“Kemanakah para striker jangkung dengan naluri predator dan determinasi tinggi?”. “Kemanakah para striker yang kerap menjadi fox in the box di pertahanan lawan?”

Pasca David Trezeguet dan Jan Koller, Kiprah para pemain yang kerap dijuluki Tower men meredup secara perlahan. Sepak Bola Eropa sedikit demi sedikit meninggalkan paham bahwa “Mempunyai striker jangkung di sebuah tim sepakbola adalah suatu keharusan.”

Publik Italia sudah kehilangan figur-figur seperti Trezeguet dan John Charles. Pemain-pemain seperti Alexis Sanchez, Fabio Quagliarella, Giampaolo Pazzini dan Fabrizio Miccoli sukses menggusur pamor Tower Men. Formasi yang mengandalkan Tower Men seperti 4-2-31, 4-4-2 dan 4-3-2-1 mulai ditinggalkan. Sebaliknya pelatih-pelatih Serie A banyak yang memainkan formasi 3-4-3 dan 4-3-3 yang tentu saja menutup kans pemain jangkung untuk masuk kedalam skema tersebut.
Fabrizio Miccoli, salah satu striker mungil yang menggusur pamor striker jangkung

Karir para pemain jangkung di Serie A pasca keluarnya David Trezeguet banyak yang tidak mengesankan, Luca Toni tidak memberikan pengaruh banyak bagi Genoa dan Juventus. Amauri hanya bertaji di musim pertama di Juventus, dan sekarang malah statusnya dibekukan Juventus. Bisa dibilang, hanya karir striker asal Swedia yang kini membela AC Milan , Zlatan Ibrahimovic yang lumayan karirnya. Ibrahimovic pun harus membuktikan lagi kemampuannya karena baru meraih 1 trofi scudetto pasca era Trezeguet.

Tidak ada lagi striker jangkung di serie A yang benar-benar mengadopsi paham “One Touch, One Goal”. Tidak ada lagi Striker Jangkung serie A yang ego mencetak golnya begitu besar dan menjadi predator di area penalti. Entah sampai kapan dominasi ini akan berlanjut dan entah sampai kapan kita bisa melihat kiprah kiprah pemain jangkung menciptakan gol-gol spektakuler dari aerial play yang belum tentu bisa dilakukan oleh para striker-striker mungil.

Bandung, 17-09-2011, 13.43 PM

0 comments:

Post a Comment

Adsense Menu